Laman

Minggu, 05 Juni 2011

RATA DATA TATA NATA

RATA DATA , TATA NATA
Yang hilang dan terbilang
oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt.Malako

Bila kita bicara tentang Nata, sudah banyak yang di Tata dan bila kita bicara tentang Data pun sudah banyak yang Rata. Begitu banyaknya Data sebagai fakta Sejarah di Ranah Nata, kini telah hilang walau dia terbilang , dimakan oleh Tata sesuatu di Ranah Nata. Disebabkan adanya Tata yang tanpa menghiraukan Data , serta merta Rata dengan tanah untuk keperluan mereka yang dengan sengaja melupakan sejarah. Hanya orang – orang yang tak mengingat sejarah yang bisa menghilangkan fakta sejarah dengan alasan mengada-ada.
Ada orang berkata, untuk apa Data dari penjajah dan itu bukan fakta sejarah, tapi bekas luka yang dibacok oleh penjajah dan untuk itu harus di Rata kan dengan tanah untuk menata Ranah Nata. Tapi ada juga yang beralasan bahwa untuk perkembangan, semua yang lama diperbaharui dengan gaya merdeka, bukan Portugis , Inggeris atau Belanda.
Penulis menyayangkan pendapat itu karena sejarah tidak bisa dilupakan, apalagi di hilangkan karena itu fakta atau bukti sejarah. Darimanakah dan yakinkah kita bahwa itu benar Sumur Multatuli kalau tidak ada bekas Kantor dan perumahannya. Tahukah kita bahwa benteng yang terhadang ke Samudera Hindia atau Lautan Indonesia itu dibangun oleh Stamford Rafles tahun 1818 dahulu ?
Benarkah Cabang yang dipakai oleh pengantin, baik Anakdaro maupun Marapuley di Ranah Nata itu adalah imitasi dari topi baja orang Portugis yang dibuat dimasa kepemimpinan Ratu Tongga Kerajaan Malako Ranah Nata, Nai Mangatas Puti Junjuong ?
Tanpa mengenal sejarah yang memuat Data, kita tidak tahu dan mengenalnya.
Untuk itu penulis coba menyampaikan beberapa Data yang telah Rata oleh Tata di Ranah Nata, antara lain sebagai berikut :
KUBUR MADAM , terletak di Simpang Badanyuik Desa Pasar III Nata. Data yang ada adalah makam Yohanna Petronella (1866) , Pieter Leonard dan Pieter Meijer (kembar 18740 dan Nier Evenst (1878) ketiganya orang Belanda . Kini telah Rata dengan Tata Nata pembangunan Kantor PRPTE/ Disbun dan Kantor Kepala Desa Pasar III Nata.(terakhir pembongkaran di lakukan tgl.27 Januari 1992 , gara-gara dapat mimpi Porkas/SDSB).
KUBUR ANGGAREY , terletak di Pasar Benteng Kelurahan Pasar I Nata. Sekarang telah Rata karena Tata Nata yaitu perumahan penduduk.
TANGSI HITAM , terletak di pinggir Lapangan Merdeka Nata dengan Data yang dibangun oleh Belanda tahun 1864, kini telah Rata dan di Tata dengan bangunan baru Rumah Tahanan (Rutan) Nata.
KANTOR KONTELER , terletak dipersimpangan pinggir Lapangan Merdeka Nata. Sekarang telah Rata dengan Tata bangunan Kantor Telkom Nata.
BENTENG JEPANG , terletak di Sawah Niru Desa Setia Karya yang kini telah Rata dan di Tata Nata dengan bangunan rumah Bidan Desa.
BENTENG PORTUGIS , terletak di pinggir sungai Batang Nata, Pasar Benteng Kelurahan Pasar I Nata, kini sebagian sudah Rata dan di Tata dengan gudang ikan oleh penduduk.
BRANKAS , yang terletak di jalan Multatuli Kelurahan Pasar I Nata. Kini hampir Rata karena dimakan usia dan perlu pemugaran dan perbaikan sebagaimana bentuk aslinya ( beratap).
RUMAH/KANTOR KONTELER , terletak di jalan Multatuli Kelurahan Pasar I Nata. Kini telah di Tata dengan pembangunan RSUD Nata dan perumahan nya diambang kehancuran (sudah roboh).
POHON MAHONI , yang ditanam Belanda pada abad ke-i8 disekeliling lapangan Merdeka Nata. Sebagian sudah Rata dengan adanya Tata di Nata yaitu penataan bangunan perkantoran dengan alasan ancaman keselamatan. Terakhir penebangan di lakukan tgl.15 April 2007.

Selain dari yangb tersebut diatas masih ada beberapa peninggalan sejarah yang memerlukan usapan renovasi seperti :
Makam Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku di Tampat, Bukik Simungkuk.
Makam Syekh H.Abdul Malik Baleo Nata di Paga Basi.
Makam Keluarga Syekh H.Abdul Fattah Mardia di Banjar Aceh.
Sumur Multatuli di pinggir Lapangan Merdeka Nata.
Meriam Rafles di pinggir pantai,Kelurahan Pasar II Nata.
Makam Rajo Malako di Jirat Malako, Palak Taleh Kampung Sawah.
Sumur Batu di Banjar Aceh, Palak Taleh Kampung Sawah.
Benteng Jepang di pinggir pantai, Pincuran Dewa dan Tapus.
Rumah Gadang Gajah Maharam Nata di Simpang Badanyuik Pasar III Nata.
Surau Tambak ( Masjid Syekh Abdul Fattah ) di Tambak, Setia Karya.
Makam Pejuang Kinondom di Lubuok Kase, Patiluban.
Makam Datuk Bandaharo Hitam di Bukik Simantuok Desa Buburan.
Makam Raja Merangkat di Tanah Lapang, Pasar I Singkuang.
Makam Raja Lingga Bayu di Bukit Aek Garingging, Linggabayu.
Makam Rajo Kinondom di Simpang Sao Desa Bintuas.
Makam Rajo Batahan di Kampuong Godang dan Sopo Balo Batahan.

Saya berkeyakinan, bila seandainya yang hilang terbilang itu masih ada dan utuh, akan menambah devisa dengan datangnya orang-orang Inggeris, Portugis dan Belanda untuk ziarah atau melihat makam nenek moyang mereka. Demikian juga makam-makam Raja yang ada di Ranah Nata, besar kemungkinan mereka akan datang ziarah ke makam nenek moyangnya, baik itu dari Air Bangis , Indopuro , Bengkulu atau Aceh.
Allahu ‘alam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar