Laman

Sabtu, 28 Mei 2011

SAIR MESIR MANDILY

SAIR MESIR MANDILY
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako
SAIR MESIR MANDILY didalam bahasa Nasional tentulah berarti naskah nyanyian yang berasal dari Mesir dan Mandily di Semenanjung Arab sana. Tapi dalam tulisan ini adalah Sejarah, Adat Istiadat Ranah Melayu Pesisir dan Mandailing .
Untuk itu penulis coba menulis suatu Sejarah dan Adat Istiadat antara kedua etnis ini yang kemungkinan ada persamaan dan ada perbedaan sesuai dengan sebatas ilmu pengetahuan penulis yang bersumber dari beberapa buku yang dimiliki oleh penulis.

A.WILAYAH. :
Kalaulah Mandailing dibagi dua walaupun adatnya sama yaitu Mandailing Godang dan Mandailing Julu. Mandailing Godang didominasi oleh marga Nasution yang wilayahnya mulai dari Sihepeng disebelah Utara Panyabungan sampai Maga disebelah Selatan serta Batang Nata sampai Muarasoma dan Muara Parlampungan disebelah Barat. Sedangkan Mandailing Julu didominasi oleh marga Lubis yang wilayahnya mulai dari Laru dan Tambangan disebelah Utara Kotanopan sampai Pakantan dan Hutanagodang disebelah Selatan.
Adapun Ranah Nata didominasi oleh Melayu Pesisir (Mesir) dengan ulayat “ Dari lambah Sorik Marapi inggo ka tapi ombak nan badabuoh “ atau dilingkuong Batu nan Ampek atau biasa juga disebut “ Batang na Tolu “.
Lambah Sorik Marapi, itulah Batu Gajah dengan Kerajaan Lubunya diselah Barat Mandailing, sedangkan “ tapi ombak nan badabuoh “ itulah yang disebut Pantai Barat yaitu mulai dari Batu Bakuduong disebelah Selatan dengan Kerajaan Batahan dan Batusondat di bagian pedalamannya sampai ke Batu Mundam disebelah Utara dengan kerajaan Singkuang yang sekarang menjadi Kecamatan Muara Batanggadis( Mubadis).

B.ETNIK :
Kalau di Mandailing menurut garis keturunan ayah (patrileneal) yang terdiri dari berbagai marga yaitu Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti , Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan dan lain-lain, maka Ranah Nata menurut garis ibu (matriachaat) yang terdiri dari berbagai suku yaitu Aceh, Rao, Minang , Barat, dan Bandar X yang terdiri dari delapan etnis yaitu Aceh,Rao, Minang,Indopuro,Sulawesi,Kalimantan,Palembang dan Bengkulu yang digambarkan dari Seni Budaya Ranah Nata yaitu “ Tari Salapan “.

B.SEJARAH :

Kalau Mandailing berasal dari kata Manda Holing yaitu yaitu kedatangan bangsa Arya dan ada pula yang menyebut berasal dari kata Mande Hilang yang datang dari Minangkabau.
Ranah Nata berasal dari bahasa Arab yang berarti “ jeritan diatas bukit kecil “ yaitu peristiwa terjadinya hukuman dera terhadap seorang terhukum yang dilaksanakan diatas sebuah bukit kecil yaitu bukit mendera dan sekarang lebih dikenal dengan nama “ Bukik Bandera “. Sebutan nama Ranah Nata ditabalkan oleh Ibnu Bathuthah dalam kedatangannya di abad ke-VII diantara tahun 1325 - 1345. Kemudian datang bangsa Portugis pada tahun 1492-1498 dan dilihatnya pemandangan Natal, Kwizulu Afrika Selatan sama keindahan pelabuhannya, lalu sebutan Ranah Nata diganti dengan sebutan Natal. Selanjutnya, pindahnya Mangaraja Uhum dari Mandailing ke Ranah Nata dan sewaktu singgah di Tor Pangolat rombongan melihat suatu pemandangan yang indah disebelah Barat dan mereka berkata “ Natarida.. “ atau “ Natar “ yang berarti yang terlihat dan terindah, maka sesampainya mereka di Ranah Nata, lalu dikatakannya on ma Natarida’i dalam sebutan Natar.
Jika di Mandailing terkenal dengan nama Radja Gadombang, maka di Ranah Nata terkenal dengan Datuok Imam Basya dan Radjo Putieh Pangeran Indra Sutan.

C.ADAT ISTIADAT & SENI BUDAYA :

1.DALIHAN NA TOLU / TUNGKU TIGO SAJARANGAN :

Adat istiadat di Mandailing terkenal dengan sebutan “ Dalihan na Tolu “ yang berarti tiga kelompok masyarakat yang merupakan tumpuan “ yaitu (1) Suhut dan kahangginya, (2) Anak boru dan (3), Mora. Di Ranah Nata juga terkenal dengan sebutan “ Tungku Tigo Sajarangan “ yaitu melambangkan Rajo Alam, Rajo Adat dan Rajo Ibadat ( atau (1) Ninik Mamak, (2) Cadiek Pandei dan (3) Alim Ulama ) yang di wujudkan dalam Cabang yang terdiri dari “ Tigo Lenggek “ serta “ Pintu Gaduong ” di pelaminan pengantin.

2.RUMAH ADAT ( ISTANA RAJA ) :

Kalau di Mandailing terkenal dengan nama Sopo Godang, maka di Ranah Nata disebut Rumah Gadang atau biasa juga disebut “ Gajah Maharam “ oleh orang Mandailing.

2.BAHASA :
Bahasa di Mandailing adalah bahasa Batak Mandailing, sedangkan di Ranah

a.HITUNGAN :
(1).Sada (2) Dua (3) Tolu (4) Opat (5) Lima (6) Onom (7) Pitu (8) Lapan (9) Sambilan dan (10) Sapuluh untuk menyebut hitungan/bilangan di Mandailing. Sedangkan di Ranah Nata yaitu ; (1) Sadak - satu (2) Dungkang > duo (3) Klopak > tigo (4) Tinjo > ampek (5) Jantik > limo (6) Jumalang > anam (7) Pikak > tujuoh (8) Pikou > lapan (9) Iyo > sambilan (10) U’u > sapuluoh.

b.NAMA BULAN :

Nama-nama bulan di Mandailing belum penulis temui, sedangkan untuk ulayat Ranah Nata dinamakan dalam Tahun Hijrat yaitu ;
(1) Muagham untuk bulan Muharram (2) Sapa untuk bulan Shafar (3) Mauluik untuk bulan Rabiul Awwal (4) Adiek Mauluik untuk bulan Rabiul Tsani (5) Kandughi Bungo untuk bulan Jumadil Awwal (6) Kandughi Buah untuk bulan Jumadil Tsani (7) Kandughi Ketek untuk bulan Rajab (8) Kandughi Gadang untuk bulan Sya’ ban (9) Puaso untuk bulan Ramadhan (10) Ghayo untuk bulan Syawwal (11) Haji untuk bulan Dzulhijjah, dan (12) Adiek Haji untuk bulan Dzulqaedah.

c.Kata / Bahasa :
Bahasa di Mandailing ada 5 macam sebagaimana halnya juga di Ranah Nata yaitu :
1.Hata somal i ni ma na niparkasojohon ari-ari yaitu bahasa yang dipergunakan sehari-hari.
2.Hata andung ni hatiha silulutan yaitu bahasa dalam peristiwa duka.
3.Hata teas dohot jampolak di hatiha parbadaan yaitu bahasa dalam perke lahian.
4.Hata sibaso di hatiha ni hadatun yaitu bahasa dalan pedukunan.
5.Hata parkapur hatiha di harangan yaitu bahasa ketika dikawasan hutan.

Di Ranah Nata juga ada tujuh macam yaitu ;

1.Kato mandaki yaitu bahasa komunikasi bagi orang-orangtua.
2.Kato malerieng yaitu bahasa komunikasi yang lebih tua dari kita.
3.Kato mandata yaitu bahasa komunikasi bagi yang sebaya dengan kita.
4.Kato manurun yaitu bahasa komunikasi bagi yang dibawah kita.
5.Kato adat yaitu bahasa komunikasi dalam adat istiadat.
6.Kato dendang yaitu bahasa komunikasi dalam kesenian daerah.
7.Kato berang yaitu bahasa dalam kejadian perkelahian.

D.PERHIASAN PENGANTIN :

1.HIASAN DI KEPALA ( MAHKOTA PENGANTIN ) :

a.Bulang di Mandailing ada yang namanya “ bulang horbo : bertingkat tiga dan “ bulang hambeng “ bertingkat dua yang dipasang dikening pengantin. Maka di Ranah Nata ada yang dinamakan “ Tatak Kondey “ .Untuk tutup kepala penganten perempuan di Mandailing.
b.Jagar-jagar atau Jarunjung yang dipakai untuk hiasan sanggul atau rambut, sedangkan di Ranah Nata dipakai “ Goyang – goyang “ dengan perangkat “ Bungo Durian “ dan “ Bungo Jaruju “. Untuk penutup kepala penganten lelaki di pakai “ Ampu “ di Mandailing,. Maka di Ranah Nata dipakai Ikek dengan berhiaskan “ Buah Gombak dan Layang-layang “. Di Mandailing ada pula yang dinamakan “ Tarojok “ untuk hiasan sanggul pengantin wanita.

2.HIASAN DI BADAN ( BAJU PENGANTIN ) :
a.Baju Godang di Mandailing adalah untuk pakaian pengantin “ Bayo Pangoli “, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Baju Turki atau Baju Batabuoh “ bagi “ Marapuley “ atau pengantin lelaki.
b.Untuk pengantin wanita disebut “ Baju Barendo “. Baju “ Manduara “ dipakai untuk acara “Batamat Kaji” di Ranah Nata yang dipakai oleh “ Anakdaro “,sedangkan di Mandailing “ Baju Godang “ untuk “ Boru na ni oli “ atau pengantin wanita.
b.Salendang di Mandailing disebut “ Tonun Petani “ yang melambangkan “ Dalihan na Tolu “, sedang di Ranah Nata disebut “ Salendang Banamng Ameh “ dan “ Salendang Manduara “ untuk Arak Haji.
c.Bobat di Mandailing adalah ikat pinggang berkepala naga, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kabek Pinggang Patah Sambilan “ yang melambangkan bahwa Anakdaro adalah “ Bundo Kanduong “ yang harus memiliki 9 sikap.
d.Songket adalah kain palekat di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kain Anakdaro “ yaitu kain palekat Samarenda dan Gugis yang biasanya berwarna merah dan hitam untuk lelaki. Juga ada celana “ Pantalon “ untuk Bayo Pangoli dan “ Sarewa Lambuok “ untuk Marapuley.
e.Kurabu adalah anting-anting Boru na ni oli, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kurabu Aceh “.
f.Gonjong di Mandailing adalah kalung yang digantungkan dileher pengantin, ada bernama “ Sori Bulan “ dan “ Gajah Menong “, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Rantei Anakdaro “ atau “ Buah Bangka ‘ dan “ Dukuo Daraham “.
g.Puntu adalah gelang Boru na ni oli di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Galang Tumbuok “ untuk dipasang dilengan dan untuk gelang di kaki disebut “ Galang Pongkal “.

3.PERALATAN PESTA ( HORJA / BARALEK ) :
a.Tabir dan Langit-langit, baik di Mandailing mapun di Ranah Nata adalah sama.
b.Amak Lampisan atau Amak Langkat di Ranah Nata dinamakan “ Lapiek Parmadani”.
c.Tampa/tampu di Mandailing,di Ranah Nata disebut “ Carano “.
d.Salipi atau partaganan di Ranah Nata disebut “ Kampie Sirieh “.
e.Pangupa di Ranah Nata disebut “ Ba Upa-upa “ dengan perlengkapan * Indahan na di dimpu ( Nasi Kunik ) , * Pira manuk na nihobolan ( Taluo Ayam ), * Ihan Sale, ikan sungai ( Udang Sapik ). * Sira page = garam dan jahe ( Bareh Tujuoh Rupo ) dan * Manuk na iring-iring (Panggang Pacak Ayam).

E.PERKAWINAN :
a. Marpokat Haroan Boru
Acara ini dirumah perempuan disebut “ Pabuat Boru “, sedangkan dirumah lelaki disebut “ Haroan Boru “. Marpokat dimulai dengan “ Marpokat Sabagas “, kemudian “ Marpokat Saripe “ dan barulah “ Marpokat Sahuta “ untuk melaksanakan “ Horja Godang “.
Di Ranah Nata disebut “ Bapakat Sarumah “, kemudian baru “ Pakat Sakoum “ untuk melaksa nakan “ Baralek Gadang “.
Dalam marpokat ditunjuk siapa yang ikut menjemput Anakdaro ( Mangalap Boru ) dan mengangkat beberapa seksi-seksi. Tetapi dua hari sebelum Baralek di Ranah Nata diadakan “Duduok Uranr Tuo “ untuk mensyahkan acara yang akan ditempuh serta panitia yang bertugas.

b. Mangalo-alo Boru dan Manjagit Boru.

Mangalo-alo Boru dan Manjagit Boru yaitu penyambutan Anakdaro di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata adalah menyambut Marapuley dengan sambutan Bagalombang.

c. Pataon Raja Adat dan Koum Sisolkot yaitu mengundang raja-raja serta kaum famili.

d. Manulak Sere > Manendey.
a.Mangaririt Boru > Marisiek
b.Manyapai Boru > Melamar
c,Manulak Sere _ Manendey
d.Mambaut Boru > Ma Anta Tando.
e.Mangalehen Mangan Panuman > Ma imbaou Malim
Memberi makan sebagai pemberitahuan bahwa anak akan turun menjujur/sumando kepihak laki-laki/perempuan.
4.Aanbodaan name > Ijab Qabul
5.Bayo Pangoli > Marapuley
6.Boru na ni olio > Anak Daro
7.Horja Pabuat Boru > Baralek Gadang.

f. Pasahat Mara :
Pemberian nasehat kepada Bayo Pangoli dan Boru na ni oli. Mereka dipersandingkan di tengah parkobaran Ipantar bolak) serta meletakkan barang bawaan. Di Ranah Nata disebut Walimatul Urusy yang biada dilaksanakan oleh warga Muhammadiyah.

g.Tuhor yaitu maskawin yang di Ranah Nata disebut Hak Nikah atau Mahar.
i.Patobang Hata yaitu manendey dengan menyampaikan harapan kepada si gadis dan keluarganya yaitu ;
- Anso martumbur on lopus pudi nia ari (harapan kepada si gadis).
- Mangido andor na mangolu parsiarisan (harapan kepada keluarga si gadis).
- Mangido titian batu na so buruk (harapan hubungan terus menerus).
Tiga harapan pihak lelaki denga si gadis yaitu :
- Lopok ni tobu sisuano (penerus keturunan)
- Andor na mangolu parsirasian (tempat bergantung).
- Titian batu na so ra buruk (menjalin kekeluargaan).
j. Batang Boban yaitu beban yang harus dipikul oleh lelaki.
k. Ajar Poda yaitu memberi nasehat kepada kedua pengantin setelah acara Upa-upa.
l. Mangoloi na Loja yaitu makan bersama setelah selesai acara Horja Godang.
m. Marulak Ari yaitu berkunjung kerumah pihak perempuan.

Di Ranah Nata Ajar Poda disebut Walimatul Urusy,sedangkan Marulak Hari sebut “ Bamalam dirumah mintuo “ dan Mangoloi na Loja dilaksanakan ketika hari pertama si Marapuley menaikkan belanja dapur yaitu sebulan setelah acara Baralek yang disebut “ Naiek Pambali “.

4. Pantar Paradaton :
Jamuan tempat diletakkan barang bawaan Boru na ni oli (Anakdaro) yaiyu ;

a. Amak Sampistuk (lampisan > tikar adat).
b. Kain Adat.
c. Barang Boru ( Bulang ).
d. Bantal
e. Tempat tidur pengantin
f. Piring mangkuk peralatan dapur.
g. Abit Sahulindan Bonang ( Pakaian Anakdaro)
h. Beras,telur dan sonduk.
i. Haronduk dan Garigit ( Kampie Pandan ).
j. Silua ( nasi selengkapnya).

g. Pemberian Marga .
* Jika sipenerima marga adalah calon isteri, maka marga yang diberikan adalah menurut adat kebiasaan adalah marga ibu dari calon suami atau marga ibu dari calopn bapak mertua. Jadi yang memberi marga adalah pihak keluarga dari ibu calon suami.
* Jika sipenerima marga adalah suami, maka marga diberikan adalah marga suami dari saudara perempuan calon bapak mertua atau marga dari suami sudara perempuan ayah dari bapak mertua (suami dari saudara perempuan ompung dari calon isteri).
Kalau di Ranah Nata adalah “ Ma Adie Gala “ dan “ Ma Agie Suku “ kepada Marapuley dan Anakdaro. Pemberian gelar menurut keputusan adapt,sedangkan pemberian suku menurut asal daerah yang Sumando (Sudaro Manjadi Dosanak) dengan ketentuan sbb.;
1. Suku Aceh diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Nangro Aceh Darussalam.
2. Suku Minang diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Ranah Minang.
3. Suku Rao diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Mandailing atau campuran perkawinan antara Mandailing dengan Ranah Minang.
4. Suku Barat diberikan kepada orang sumando yang berasal dari bagian Utara Ranah Nata.
5. Suku Bandar X diberikan kepada orang sumando yang berasal dari bagian Selatan Ranah Nata.
h. Tapian Raya Bangunan yaitu Bayo Pangoli dan Boru na ni oli dibawa ketempat marpangir yang telah disediakan dengan bahan-bahannya adalah sbb;
1. Silinjuang > Linjuang Ijou
2. Hatunggal > Linjuang Sirah
3. Sipilit > Sikumpei
4. Sitangkil > Sikaro
5. Daun ria-ria sedang berbunga > Daun ringa-ringan
6. Daun Baringin > Baringin
7. Sirampang-ampang > Rumpuik Taki
8. Singkoru
9. Padang Togu > Pimpieng
10. Dingin-dingin > Sidingin
Dimasukkan ke dalam Balanja yaitu seruas bamboo yang dimasukkan rumput tersebut kedalamnya (dipancangkan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar