Laman

Sabtu, 28 Mei 2011

SAIR MESIR MANDILY

SAIR MESIR MANDILY
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako
SAIR MESIR MANDILY didalam bahasa Nasional tentulah berarti naskah nyanyian yang berasal dari Mesir dan Mandily di Semenanjung Arab sana. Tapi dalam tulisan ini adalah Sejarah, Adat Istiadat Ranah Melayu Pesisir dan Mandailing .
Untuk itu penulis coba menulis suatu Sejarah dan Adat Istiadat antara kedua etnis ini yang kemungkinan ada persamaan dan ada perbedaan sesuai dengan sebatas ilmu pengetahuan penulis yang bersumber dari beberapa buku yang dimiliki oleh penulis.

A.WILAYAH. :
Kalaulah Mandailing dibagi dua walaupun adatnya sama yaitu Mandailing Godang dan Mandailing Julu. Mandailing Godang didominasi oleh marga Nasution yang wilayahnya mulai dari Sihepeng disebelah Utara Panyabungan sampai Maga disebelah Selatan serta Batang Nata sampai Muarasoma dan Muara Parlampungan disebelah Barat. Sedangkan Mandailing Julu didominasi oleh marga Lubis yang wilayahnya mulai dari Laru dan Tambangan disebelah Utara Kotanopan sampai Pakantan dan Hutanagodang disebelah Selatan.
Adapun Ranah Nata didominasi oleh Melayu Pesisir (Mesir) dengan ulayat “ Dari lambah Sorik Marapi inggo ka tapi ombak nan badabuoh “ atau dilingkuong Batu nan Ampek atau biasa juga disebut “ Batang na Tolu “.
Lambah Sorik Marapi, itulah Batu Gajah dengan Kerajaan Lubunya diselah Barat Mandailing, sedangkan “ tapi ombak nan badabuoh “ itulah yang disebut Pantai Barat yaitu mulai dari Batu Bakuduong disebelah Selatan dengan Kerajaan Batahan dan Batusondat di bagian pedalamannya sampai ke Batu Mundam disebelah Utara dengan kerajaan Singkuang yang sekarang menjadi Kecamatan Muara Batanggadis( Mubadis).

B.ETNIK :
Kalau di Mandailing menurut garis keturunan ayah (patrileneal) yang terdiri dari berbagai marga yaitu Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti , Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan dan lain-lain, maka Ranah Nata menurut garis ibu (matriachaat) yang terdiri dari berbagai suku yaitu Aceh, Rao, Minang , Barat, dan Bandar X yang terdiri dari delapan etnis yaitu Aceh,Rao, Minang,Indopuro,Sulawesi,Kalimantan,Palembang dan Bengkulu yang digambarkan dari Seni Budaya Ranah Nata yaitu “ Tari Salapan “.

B.SEJARAH :

Kalau Mandailing berasal dari kata Manda Holing yaitu yaitu kedatangan bangsa Arya dan ada pula yang menyebut berasal dari kata Mande Hilang yang datang dari Minangkabau.
Ranah Nata berasal dari bahasa Arab yang berarti “ jeritan diatas bukit kecil “ yaitu peristiwa terjadinya hukuman dera terhadap seorang terhukum yang dilaksanakan diatas sebuah bukit kecil yaitu bukit mendera dan sekarang lebih dikenal dengan nama “ Bukik Bandera “. Sebutan nama Ranah Nata ditabalkan oleh Ibnu Bathuthah dalam kedatangannya di abad ke-VII diantara tahun 1325 - 1345. Kemudian datang bangsa Portugis pada tahun 1492-1498 dan dilihatnya pemandangan Natal, Kwizulu Afrika Selatan sama keindahan pelabuhannya, lalu sebutan Ranah Nata diganti dengan sebutan Natal. Selanjutnya, pindahnya Mangaraja Uhum dari Mandailing ke Ranah Nata dan sewaktu singgah di Tor Pangolat rombongan melihat suatu pemandangan yang indah disebelah Barat dan mereka berkata “ Natarida.. “ atau “ Natar “ yang berarti yang terlihat dan terindah, maka sesampainya mereka di Ranah Nata, lalu dikatakannya on ma Natarida’i dalam sebutan Natar.
Jika di Mandailing terkenal dengan nama Radja Gadombang, maka di Ranah Nata terkenal dengan Datuok Imam Basya dan Radjo Putieh Pangeran Indra Sutan.

C.ADAT ISTIADAT & SENI BUDAYA :

1.DALIHAN NA TOLU / TUNGKU TIGO SAJARANGAN :

Adat istiadat di Mandailing terkenal dengan sebutan “ Dalihan na Tolu “ yang berarti tiga kelompok masyarakat yang merupakan tumpuan “ yaitu (1) Suhut dan kahangginya, (2) Anak boru dan (3), Mora. Di Ranah Nata juga terkenal dengan sebutan “ Tungku Tigo Sajarangan “ yaitu melambangkan Rajo Alam, Rajo Adat dan Rajo Ibadat ( atau (1) Ninik Mamak, (2) Cadiek Pandei dan (3) Alim Ulama ) yang di wujudkan dalam Cabang yang terdiri dari “ Tigo Lenggek “ serta “ Pintu Gaduong ” di pelaminan pengantin.

2.RUMAH ADAT ( ISTANA RAJA ) :

Kalau di Mandailing terkenal dengan nama Sopo Godang, maka di Ranah Nata disebut Rumah Gadang atau biasa juga disebut “ Gajah Maharam “ oleh orang Mandailing.

2.BAHASA :
Bahasa di Mandailing adalah bahasa Batak Mandailing, sedangkan di Ranah

a.HITUNGAN :
(1).Sada (2) Dua (3) Tolu (4) Opat (5) Lima (6) Onom (7) Pitu (8) Lapan (9) Sambilan dan (10) Sapuluh untuk menyebut hitungan/bilangan di Mandailing. Sedangkan di Ranah Nata yaitu ; (1) Sadak - satu (2) Dungkang > duo (3) Klopak > tigo (4) Tinjo > ampek (5) Jantik > limo (6) Jumalang > anam (7) Pikak > tujuoh (8) Pikou > lapan (9) Iyo > sambilan (10) U’u > sapuluoh.

b.NAMA BULAN :

Nama-nama bulan di Mandailing belum penulis temui, sedangkan untuk ulayat Ranah Nata dinamakan dalam Tahun Hijrat yaitu ;
(1) Muagham untuk bulan Muharram (2) Sapa untuk bulan Shafar (3) Mauluik untuk bulan Rabiul Awwal (4) Adiek Mauluik untuk bulan Rabiul Tsani (5) Kandughi Bungo untuk bulan Jumadil Awwal (6) Kandughi Buah untuk bulan Jumadil Tsani (7) Kandughi Ketek untuk bulan Rajab (8) Kandughi Gadang untuk bulan Sya’ ban (9) Puaso untuk bulan Ramadhan (10) Ghayo untuk bulan Syawwal (11) Haji untuk bulan Dzulhijjah, dan (12) Adiek Haji untuk bulan Dzulqaedah.

c.Kata / Bahasa :
Bahasa di Mandailing ada 5 macam sebagaimana halnya juga di Ranah Nata yaitu :
1.Hata somal i ni ma na niparkasojohon ari-ari yaitu bahasa yang dipergunakan sehari-hari.
2.Hata andung ni hatiha silulutan yaitu bahasa dalam peristiwa duka.
3.Hata teas dohot jampolak di hatiha parbadaan yaitu bahasa dalam perke lahian.
4.Hata sibaso di hatiha ni hadatun yaitu bahasa dalan pedukunan.
5.Hata parkapur hatiha di harangan yaitu bahasa ketika dikawasan hutan.

Di Ranah Nata juga ada tujuh macam yaitu ;

1.Kato mandaki yaitu bahasa komunikasi bagi orang-orangtua.
2.Kato malerieng yaitu bahasa komunikasi yang lebih tua dari kita.
3.Kato mandata yaitu bahasa komunikasi bagi yang sebaya dengan kita.
4.Kato manurun yaitu bahasa komunikasi bagi yang dibawah kita.
5.Kato adat yaitu bahasa komunikasi dalam adat istiadat.
6.Kato dendang yaitu bahasa komunikasi dalam kesenian daerah.
7.Kato berang yaitu bahasa dalam kejadian perkelahian.

D.PERHIASAN PENGANTIN :

1.HIASAN DI KEPALA ( MAHKOTA PENGANTIN ) :

a.Bulang di Mandailing ada yang namanya “ bulang horbo : bertingkat tiga dan “ bulang hambeng “ bertingkat dua yang dipasang dikening pengantin. Maka di Ranah Nata ada yang dinamakan “ Tatak Kondey “ .Untuk tutup kepala penganten perempuan di Mandailing.
b.Jagar-jagar atau Jarunjung yang dipakai untuk hiasan sanggul atau rambut, sedangkan di Ranah Nata dipakai “ Goyang – goyang “ dengan perangkat “ Bungo Durian “ dan “ Bungo Jaruju “. Untuk penutup kepala penganten lelaki di pakai “ Ampu “ di Mandailing,. Maka di Ranah Nata dipakai Ikek dengan berhiaskan “ Buah Gombak dan Layang-layang “. Di Mandailing ada pula yang dinamakan “ Tarojok “ untuk hiasan sanggul pengantin wanita.

2.HIASAN DI BADAN ( BAJU PENGANTIN ) :
a.Baju Godang di Mandailing adalah untuk pakaian pengantin “ Bayo Pangoli “, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Baju Turki atau Baju Batabuoh “ bagi “ Marapuley “ atau pengantin lelaki.
b.Untuk pengantin wanita disebut “ Baju Barendo “. Baju “ Manduara “ dipakai untuk acara “Batamat Kaji” di Ranah Nata yang dipakai oleh “ Anakdaro “,sedangkan di Mandailing “ Baju Godang “ untuk “ Boru na ni oli “ atau pengantin wanita.
b.Salendang di Mandailing disebut “ Tonun Petani “ yang melambangkan “ Dalihan na Tolu “, sedang di Ranah Nata disebut “ Salendang Banamng Ameh “ dan “ Salendang Manduara “ untuk Arak Haji.
c.Bobat di Mandailing adalah ikat pinggang berkepala naga, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kabek Pinggang Patah Sambilan “ yang melambangkan bahwa Anakdaro adalah “ Bundo Kanduong “ yang harus memiliki 9 sikap.
d.Songket adalah kain palekat di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kain Anakdaro “ yaitu kain palekat Samarenda dan Gugis yang biasanya berwarna merah dan hitam untuk lelaki. Juga ada celana “ Pantalon “ untuk Bayo Pangoli dan “ Sarewa Lambuok “ untuk Marapuley.
e.Kurabu adalah anting-anting Boru na ni oli, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Kurabu Aceh “.
f.Gonjong di Mandailing adalah kalung yang digantungkan dileher pengantin, ada bernama “ Sori Bulan “ dan “ Gajah Menong “, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Rantei Anakdaro “ atau “ Buah Bangka ‘ dan “ Dukuo Daraham “.
g.Puntu adalah gelang Boru na ni oli di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata disebut “ Galang Tumbuok “ untuk dipasang dilengan dan untuk gelang di kaki disebut “ Galang Pongkal “.

3.PERALATAN PESTA ( HORJA / BARALEK ) :
a.Tabir dan Langit-langit, baik di Mandailing mapun di Ranah Nata adalah sama.
b.Amak Lampisan atau Amak Langkat di Ranah Nata dinamakan “ Lapiek Parmadani”.
c.Tampa/tampu di Mandailing,di Ranah Nata disebut “ Carano “.
d.Salipi atau partaganan di Ranah Nata disebut “ Kampie Sirieh “.
e.Pangupa di Ranah Nata disebut “ Ba Upa-upa “ dengan perlengkapan * Indahan na di dimpu ( Nasi Kunik ) , * Pira manuk na nihobolan ( Taluo Ayam ), * Ihan Sale, ikan sungai ( Udang Sapik ). * Sira page = garam dan jahe ( Bareh Tujuoh Rupo ) dan * Manuk na iring-iring (Panggang Pacak Ayam).

E.PERKAWINAN :
a. Marpokat Haroan Boru
Acara ini dirumah perempuan disebut “ Pabuat Boru “, sedangkan dirumah lelaki disebut “ Haroan Boru “. Marpokat dimulai dengan “ Marpokat Sabagas “, kemudian “ Marpokat Saripe “ dan barulah “ Marpokat Sahuta “ untuk melaksanakan “ Horja Godang “.
Di Ranah Nata disebut “ Bapakat Sarumah “, kemudian baru “ Pakat Sakoum “ untuk melaksa nakan “ Baralek Gadang “.
Dalam marpokat ditunjuk siapa yang ikut menjemput Anakdaro ( Mangalap Boru ) dan mengangkat beberapa seksi-seksi. Tetapi dua hari sebelum Baralek di Ranah Nata diadakan “Duduok Uranr Tuo “ untuk mensyahkan acara yang akan ditempuh serta panitia yang bertugas.

b. Mangalo-alo Boru dan Manjagit Boru.

Mangalo-alo Boru dan Manjagit Boru yaitu penyambutan Anakdaro di Mandailing, sedangkan di Ranah Nata adalah menyambut Marapuley dengan sambutan Bagalombang.

c. Pataon Raja Adat dan Koum Sisolkot yaitu mengundang raja-raja serta kaum famili.

d. Manulak Sere > Manendey.
a.Mangaririt Boru > Marisiek
b.Manyapai Boru > Melamar
c,Manulak Sere _ Manendey
d.Mambaut Boru > Ma Anta Tando.
e.Mangalehen Mangan Panuman > Ma imbaou Malim
Memberi makan sebagai pemberitahuan bahwa anak akan turun menjujur/sumando kepihak laki-laki/perempuan.
4.Aanbodaan name > Ijab Qabul
5.Bayo Pangoli > Marapuley
6.Boru na ni olio > Anak Daro
7.Horja Pabuat Boru > Baralek Gadang.

f. Pasahat Mara :
Pemberian nasehat kepada Bayo Pangoli dan Boru na ni oli. Mereka dipersandingkan di tengah parkobaran Ipantar bolak) serta meletakkan barang bawaan. Di Ranah Nata disebut Walimatul Urusy yang biada dilaksanakan oleh warga Muhammadiyah.

g.Tuhor yaitu maskawin yang di Ranah Nata disebut Hak Nikah atau Mahar.
i.Patobang Hata yaitu manendey dengan menyampaikan harapan kepada si gadis dan keluarganya yaitu ;
- Anso martumbur on lopus pudi nia ari (harapan kepada si gadis).
- Mangido andor na mangolu parsiarisan (harapan kepada keluarga si gadis).
- Mangido titian batu na so buruk (harapan hubungan terus menerus).
Tiga harapan pihak lelaki denga si gadis yaitu :
- Lopok ni tobu sisuano (penerus keturunan)
- Andor na mangolu parsirasian (tempat bergantung).
- Titian batu na so ra buruk (menjalin kekeluargaan).
j. Batang Boban yaitu beban yang harus dipikul oleh lelaki.
k. Ajar Poda yaitu memberi nasehat kepada kedua pengantin setelah acara Upa-upa.
l. Mangoloi na Loja yaitu makan bersama setelah selesai acara Horja Godang.
m. Marulak Ari yaitu berkunjung kerumah pihak perempuan.

Di Ranah Nata Ajar Poda disebut Walimatul Urusy,sedangkan Marulak Hari sebut “ Bamalam dirumah mintuo “ dan Mangoloi na Loja dilaksanakan ketika hari pertama si Marapuley menaikkan belanja dapur yaitu sebulan setelah acara Baralek yang disebut “ Naiek Pambali “.

4. Pantar Paradaton :
Jamuan tempat diletakkan barang bawaan Boru na ni oli (Anakdaro) yaiyu ;

a. Amak Sampistuk (lampisan > tikar adat).
b. Kain Adat.
c. Barang Boru ( Bulang ).
d. Bantal
e. Tempat tidur pengantin
f. Piring mangkuk peralatan dapur.
g. Abit Sahulindan Bonang ( Pakaian Anakdaro)
h. Beras,telur dan sonduk.
i. Haronduk dan Garigit ( Kampie Pandan ).
j. Silua ( nasi selengkapnya).

g. Pemberian Marga .
* Jika sipenerima marga adalah calon isteri, maka marga yang diberikan adalah menurut adat kebiasaan adalah marga ibu dari calon suami atau marga ibu dari calopn bapak mertua. Jadi yang memberi marga adalah pihak keluarga dari ibu calon suami.
* Jika sipenerima marga adalah suami, maka marga diberikan adalah marga suami dari saudara perempuan calon bapak mertua atau marga dari suami sudara perempuan ayah dari bapak mertua (suami dari saudara perempuan ompung dari calon isteri).
Kalau di Ranah Nata adalah “ Ma Adie Gala “ dan “ Ma Agie Suku “ kepada Marapuley dan Anakdaro. Pemberian gelar menurut keputusan adapt,sedangkan pemberian suku menurut asal daerah yang Sumando (Sudaro Manjadi Dosanak) dengan ketentuan sbb.;
1. Suku Aceh diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Nangro Aceh Darussalam.
2. Suku Minang diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Ranah Minang.
3. Suku Rao diberikan kepada orang sumando yang berasal dari Mandailing atau campuran perkawinan antara Mandailing dengan Ranah Minang.
4. Suku Barat diberikan kepada orang sumando yang berasal dari bagian Utara Ranah Nata.
5. Suku Bandar X diberikan kepada orang sumando yang berasal dari bagian Selatan Ranah Nata.
h. Tapian Raya Bangunan yaitu Bayo Pangoli dan Boru na ni oli dibawa ketempat marpangir yang telah disediakan dengan bahan-bahannya adalah sbb;
1. Silinjuang > Linjuang Ijou
2. Hatunggal > Linjuang Sirah
3. Sipilit > Sikumpei
4. Sitangkil > Sikaro
5. Daun ria-ria sedang berbunga > Daun ringa-ringan
6. Daun Baringin > Baringin
7. Sirampang-ampang > Rumpuik Taki
8. Singkoru
9. Padang Togu > Pimpieng
10. Dingin-dingin > Sidingin
Dimasukkan ke dalam Balanja yaitu seruas bamboo yang dimasukkan rumput tersebut kedalamnya (dipancangkan).

Minggu, 22 Mei 2011

shaffriachandranata@gmail.com

shaffriachandranata@gmail.com
oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt.Malako
Bermula dan belajar dari Dunia Facebook, kami perkenalkan diri kami kepada anda dalam rangka memberikan serta ingin ber – Komunikasi Informasi Shilaturrahmi Shaffria Chandranata ( KISS ), sambil menebar dan “ mancukie tareh tarandam “ Sejarah Adat Istiadat Ranah Nata ( SAIR NATA ) Ranah Nata.
shaffriachandranata@gmail.com adalah gabungan dari tiga facebooker yaitu ;
(1).shaffraalisyahbana@yahoo.co.id atas nama Shaff Ra Alisyahbana.
(2).shaffranata@gmail.com atas nama Sry Fahmy Batubara
(3).6285760599902 atas nama Ria Sitty Chaniago.

Yang ter membuat beberapa group facebook antara lain ;

1.Bernas Tujuh Batu
2.Surat Ranah Nata
3.Pustaka Bukik Bandera Ranah Nata
4.BijaKodak Sry Record Ranah Nata
5.IKS Badorana Ranah Nata
6.Muhammadiyah Ranah Nata
7.Pesona Pariwisata Ranah Nata
8.Sanggar Citra Kirana Ranah Nata
9.Chinto Sembagoes
10.TP 2 SAIR Nata
11.LSM Satria Perkasa Kampung Sawah
12.Taman Si Tiuok 1886 Desir Pantai Sirat Madina
13.Duo Ranah Shaff Ria Ranah Nata
14.Qurdist Shaff Teledakwah


http://barandomultatuliranahnata.blogger.com

Dengan perkembangan Dunia Internetan, kami beralih ke Ranah Bloger dengan alamat E – mail shaffriachandranata@gmail.com dengan mengelola TUJUH BLOG berupa blogspot yaitu :

1.AL – TAJRU SIRAT JAKARTA
( Alam Takambang Jadi Guru Pesisir Barat Jadi Kabupaten Ranah Nata ).


Berisi tulisan-tulisan mengenai Alam Takambang Jadi Guru ( AL – TAJRU ) yang dipetik dan dibaca pada kejadian alam di sekitar Ranah Nata khususnya sesuai dengan jangkauan ilmu pengetahuan penulis. Kita coba Iqra’ kejadian “ Ga – Tigo “ (Galodo , Galoro dan Gampo) serta lainnya dengan sebab musababnya dibalik musibah itu. Ada galodo di Singkuang dan Ranto Baek, Galoro di Tabuyung, Bintuas dan Sikarakara , Gampo di Ranah Nata dan Muarasipongi, Putting Beliung di Batahan dan Kunkun, Pembunuhan di Bronjong dan Perampokan di Tabuyung dll.
( http://saghangbagheh.blogspot.com ).

2.BARANDO MULTATULI RANAH NATA
(Balerong Ranah Nata dan Dokumentasi Multi Data Tulisan & Lisan ).


Berisi berbagai tulisan mengenai Sejarah dan Adat Istiadat Ranah Nata sesuai dengan kemasan ukuran ilmu pengetahuan penulis.
( http://barandomultatuliranahnata.blogspot.com).
3.CABANG SA BUNGKA
(Carano,Balerong,Aguong Salipik,Burandang,Uncang dan Kampie).


Berisi berbagai ragam Adat, Seni dan Budaya Ranah Nata yang telah diteliti sesuai dengan kemampuan dan daya fakir bersama tolak ukur pengetahuan penulis.
( http://malako.blogspot.com ).

4.LSM SATRIA PERKASA
( Satgas Sekretariat Penjelajah Ranah Kampung Sawah ).


Berisi pengalaman penulis dalam menjelajahi ranah nenek moyang Ranah Malako di Palak Taleh Kampung Sawah serta sepak terjang LSM Satria Perkasa Labuohan Ajung.
( http;//palaktaleh.blogspot.com ).

5.MALAKO MESIR MADINA
(Madani Lancar & Kondusif Melayu Pesisir Mandailing Nata)


Situs Ranah Nata khusus berbahasa Melayu Pesisir ( Mesir ) Ranah Nata yang mencakup semua blog lainnya termasuk karya puisi,lagu Sinden Mesir dan lainnya.

( http://malakomesirmadina.blogspot.com ).

6.SHAFF RIA CHANDRANATA
(Shaff Ra Alisyahbana dan Ria Sitty Ohyong Chaniago Batubara Nata).


Blog ini adalah merupakan bolg khusus kekeluargaan yang dikelola oleh Pucuok Tambo Ikatan Keluarga Serumpun Bako Bundo Ranah Nata (PT.IKS.BADORANA) dengan menjabarkan Tambo Shaff Ria yang terdiri dari Tujuh Silsilah yaitu :
1.Batubara Angin Baratlama (BAB) , kelompok Shaff Ra Alisyahbana dll.
2.Nasution Tambangan Jior (NTJ) , kelompok Irfan Syahnata dll.
3.Nasution Pagur Tambangan (NPT) , kelompok Eqy Syahiruddin dll.
4.Rao Kampung Sawah (RKS), kelompok Rahmuddin M.Ag dll.
5.Jambak Kampung Tangah (JKT),kelompok Ali Napiah SH,Satruddin SH,Mahfan,SPd dll.
6.Rao Kampung Tangah (RKT) ,kelompok Solihan, Zamidar dll.
7.Tanjung Simungkuk Keramat (TSK) ,kelompok Thahiruddin S.Ag.
8.Chaniago Malin Kundang (CMK),kelompok Ria Sitty Chaniago dll.
(http://iksbadorana.blogspot.com).

7.SOEBOELOEL CHAER NATA

Soeboeloel Chaer didirikan tahun 1921 oleh Djamijatoel Chaerijah yang merupakan sebuah Maktab dengan system pendidikan bercorak modern. Dari Soeboeloel Chaer berobah menjadi Sekolah Budi Bahagia, kemudian berobah lagi menjadi Madrasah Raudhatul Ilmiyah (nama sekolah waktu penulis belajar disitu) dan terakhir bernama Madrasah Muhammadiyah 20 Natal.Muhammadiyah berdiri tgl.05 Ramadhan 1357 /31 Oktober 1938 di Surau Pangka Ambacang (kini Masjid Taqwa Muhammadiyah Cabang Natal) dengan pimpinan peneroka Tuaku Sutan Mudo, BS Farmasjah St.Botok, Mat Asin Rabun dan Sutan Khalifa dll.Pengesahan Cabang,SK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara No.360/SK.PW/I.A/1.b/1994 tgl.17 Ramadhan 1414 H./28 Perbruari 1994.
Situs ini berisi tentang Muhammadiyah di Ranah Nata baik keanggotaan dan sepak terjang dari Muhammadiyah Cabang Natal serta beberapa sepak terjang perjuangannya.
(http://djamijatoelchaerijah.blogspot.com).

Untuk itu semua kami harapkan tegur sapa perbaikan dari tulisan-tulisan yang kami muatkan guna untuk kesempurnaan dengan memberikan komentar perbaikan atau sanggahan tentang tulisan kami. Selanjutnya, mari kita saling menyiarkan atau menyebarkan Sejarah dan Adat Istiadat Ranah (SAIR) Nata dari segi dan bidang manapun jua, semoga Kabupaten Pantai Barat Mandailing ( Pabarling ) segera terwujud dengan Madani, Lancar dan kondusif (MALAKO).

Rabu, 18 Mei 2011

AMPEK PANDEKA NEGARA

AMPEK PANDEKA di RANAH NATA
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt.Malako
Ranah Nata, namo asli dari Natal atau Natar mempunyai orang terkenal tingkat Nasional yang bisa dibanggakan walaupun belum pernah menjadi Kepala Negara atau Presiden, tetapi telah menjadi orang kedua di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siapakah orang-orang itu ? itulah dia Ampek Pandeka di Ranah Nata yaitu ;

1.SOETAN SJAHRIR (PERDANA MENTERI) :

Soetan Sjahrir lahir di Padang Panjang tgl.5 Maret 1909. Ayahnya bernama Muhammad Rasad gelar Maharaja Soetan, asal Kotogadang Bukittinggi, sedangkan ibunya Sitty Rabi’ah, asal Ranah Nata,yang merupakan anak dari Suotan Soelaiman dengan Puti Johar Maligan yaitu cucu dari Tuanku/Raja ke-7 dari Kerajaan Malako di Ranah Nata.
Soetan Sjahrir berpendidikan ELS dan MULO di Medan, AMS di Bandung dan Fakultas Hukum Gemeentelijke Universiteit Amsterdam. Tahun 1936 menikah dengan Ny.Maria Duchsteau di Belanda. Karena pecah perang dunia kedua,isterinya tidak dapat menyusul ke Indonesia dan pada tahun 1951 menikah dengan Sitty Wahyunah SH, anak Prof.DR Muhammad Saleh Mangkudiningrat di Solo yang pernikahannya dilangsungkan di Mesir.

Jabatan-jabatan Negara yang diembannya adalah Ketua KNIP, Perdana Menteri RI, Menlu, Mendagri dalam Kabinet Sjahrir 1 – 3 tgl.30 Juni 1947 sampai tgl.30 Januari 1950 sebagai Penasehat Presiden RI. Dia juga menjabat Duta Besar Keliling dan Duta Istimewa.

Soetan Sjahriri mendapat anugrah tanda kehormatan Satya Lencana dan pengangkatan sebagai Pahlawan Nasional serta Perintis Kemerdekaan. Menurut adat istiadat Ranah Nata, Soetan Sjahriri adalah Putra Ranah Nata dan demikian juga menurut adat istiadat Ranah Minang.
Karangan-karangan Soetan Sjahrir adalah ;

a.Pikiran dan Perjuangan terbitan Pustaka Rakyat (1950).
b.Pergerakan Kita – brochure (1933).
c.Perjuangan Kita – brochure (1945).
d.Indonesische Overpeinzingen, terbitan De Bezige Bij Amsterdam (1946).
e.Out of Exile terbitan Jhon Day Company, New York (1949).
f.Sosialisme dan Marxisme terbitan Djambatan (1967).
g.Nasionalisme dan Internasionalisme terbitan Yayasan Sjahrir (1968).
h.Sosialisme Indonesia Pembangunan terbitan Leppenas (1983).
Soetan Sjahrir wafat di Swiss pada tgl.9 April 1966 dalam usia 57 tahun setelah menderita sakit dalam tahanan.

2.MAYJEN SOETAN NUR’ALAMSJAH ( JAKSA AGUNG MUDA).

Soetan Nur”Alamsyah adalah kakak kandung Soetan Sjahrir yang lahir di Bonjol pada tahun 1900. Pendidikan STOVIA Batavia tidak sampai dia tamatkan di Jakarta. Pada tahun 1939, Soetan Nur”Alamsjah berkunjung ke Ranah Nata untuk mendirikan cabang dan ranting Parindra, lalu ditangkap oleh Belanda.

Setelah tugasnya selesai,ia kembali ke Pemerintahan Pusat dan menjadi sebagai Wakil Jaksa Agung Tentara di Sumatera merangkap sebagai Wakil Jaksa Agung dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Pada tahun 1943, Kedewanan Natal dan Batangnatal bersatu dengan dipimpin oleh Wedana Hidayatsjah Tuanku Mudo dan pada masa ini terjadi perebutan kekuasaan oleh Sutan Syaiful Manan (tokoh Ulama Ranah Nata), sehingga Radja Djundjungan selaku Bupati Tapanuli Selatan mengadili mereka di Padangsidimpuan.

Dewan Pertahanan Kedewanan Natal dan Batangnatal dibentuk dengan ketuanya Soetan Nur ‘Alamsjah dan wakil Kepolisian Natal. Kepala Staf dipegang oleh Soetan Oesman Sridewa dengan wakilnya Teuku Zainal Abidin Tasya dan Tayanuddin, sebagai penasehat adalah Sutan Dur Muhayatsjah (PNI), H.Abdul Aziz (PSI) dan Taufik Dahlan (Masyumi). Dewan Pertahanan ini berdiri tgl.15 Januari 1949 dan dibubarkan pada tgl.21 April 1949 dengan membentuk perwakilan di Batahan dan Singkuang dan setelah itu dia meninggalkan Ranah Nata menuju Kotaraja, Banda Aceh untuk bertemu dengan Mr.Syafruddin Prawiranegara.
Soetan Nur’Alamsjah mengdapat penghargaan dari Pemerintah sebagai Pejuang Perintis Kemerdekaan dan pada tahun 1970 iapun meninggal dunia.

3.Prof.Dr. SOETAN TAKDIR ALISJAHBANA ( BUDAYAWAN & SASTRAWAN).

Soetan Takdir Alisjahbana alias STA lahir di Ranah Nata tgl.11 Pebruari 1908. Ayahnya Raden Sutan Arbie alias Raden Alisjahbana,putra Ranah Nata yang merantau ke Bengkulu di Tangah Padang yaitu keturunan Sutan Kabidun (putra Tuanku Besar Si Hintan). Ibunya bernama Puti Samiah,putri Ranah Nata saudara sepupu ayahnya.
Sejak meninggalkan Ranah Nata yang baru berumur 4 tahun, belum pernah menginjakkan kaki nya di Ranah Nata.

STA adalah seorang Sastrawan dan Budayawan Nasional bahkan Internasional, karena banyak menerbitkan buku-buku roman,puisi,filsafat,pendidikan dan kebudayaan yang tidak kurang dari 150 judul buku yang ditulisnya.
Adapun beberapa catatan dalam kegiatannya antara lain sbb;

1.Dalam usia 20 tahun,ia berhasil menyelesaikan tiga romannya yang terkenal yaitu Dian Tak Kunjung Padam. Anak Perawan di Sarang Penyamun dan Layar Terkembang.
2.Pada tahun 1929 ,beliau kawin dengan Raden Ajeng Rohani Daha dengan memperoleh anak Sumiati,Iskandar dan Syofyan Alisjahbana.
3.Pada tahun 1941, STA kawin dengan Raden Roro Sugiharti karena isteri pertamanya meninggal dengan beranakkan Mirtha dan Sry Artha Ria Alisjahbana.
4.Rr Sugiharti meninggal di Los Angeles tahun 1952,iapun kawin dengan Dr.Margaret Axer di Born Jerman tahun 1953 dengan beranakkan Thamalia,Marita,Marga dan Mario Alisjahbana.
5.Dr.Margaret Axer meninggal tahun 1994 disusul olehnya pada tgl.17 Juli 1994 dalam usia 86 tahun di Jakarta.
6.Pada bulan Juni 2010, putri bungsunya dengan isterinya Rr Sugiharti (Sry Artha Ria Alisjahbanba) dan putra bungsunya dengan istrei Dr.Margaret Axer (Mario Alisjahbana) berkunjung ke Ranah Nata yang disambut dengan upacara adat istiadat Ranah Nata.

4.MUHAMMAD NATSIR CHANIAGO DATUK SINARO PANJANG (PERDANA MENTERI).

Sedangkan Muhammad Natsir adalah Urang Sumando di Ranah Nata karena kawin dengan Anak Gadih Nata bernama Nur Niar binti Sutan Barumun,suami dari Siti Baheram binti Tuanku Lareh Kamang, anak dari Puti Jamiah binti Sutan Muhammad Nata, suami dari Puti Syamsiah. Sadangkan Sutan Muhammad Nata adalah anak dari Rajo Tuanku Si Hintan dengan Puti Junjuong Nai Mangatas.

Adapun Muhammad Natsir adalah anak Idris Sutan Saripado dengan Chalidjah Chniago.
Awal sekolahnya adalah HIS di Padang tinggal bersama kakaknya Siti Puti Rabi’ah ,kemudian MULO dan tahun 1927 masuk AMS.

Kegiatan yang telah dilaksanakannya antara lain :
1.Pada tahun 1923 , beliau mendirikan Jong Isameten Bond (JIB).
2.Pada tahun 1932-1942 menjadi Direktur Pendidikan Islam .
3.Pada tahun 1942-1945 menjadi Kepalo Biro Pendidikan Kodya Bandung.
4.Sedangkan pada tahun 1945 – 1949 manjadi Menteri Penerangan Kabinet Sjahrir I dan serta Kabinet Hatta I. Kamudian pada tahun 1958 menjadi Katua Partai Masyumi .
5.Padan tahun 1950 – 1951 menjadi Perdana Mantari sesudah Sutan Sjahrir manjabat Perdana Mantari I dan II.
6.Kemudian pada Pemilu I menjadi Anggota DPR hingga tahun 1960.
7.Akhirnya pada tahun 1967 sampai tahun 1993 menjadi Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia hingga wafatnya pada tgl.6 Pebruari 1993.

Itulah Ampek Pandeka dari 20 orang Pandeka Ranah Nata dan selanjutnya akan penulis sampaikan sambungannya ( 16 orang ) lagi Urang Nata nan Lamo.-
Terima Kasih

SANGGUO GADANG

SANGGUO GADANG
Mahkota Anak Daro di Ranah Nata
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako.
Sangguo Gadang adalah sebuah mahkota bagi penganten perempuan ( Anak Daro ) di Ranah Nata. Didalam perhiasan ini terkandung tujuh sifat yang dilambangkan dengan tujuh tajuk/bagian, dimana ketujuh sifat itu harus dimiliki oleh seorang perempuan yang didalam adat istiadat Ranah Nata disebut “ Bundo Kanduong “ itu.
Adapun ketujuh sifat itu adalah sebagai berikut :

1.Limpapeh di rumah gadang.
Limpapeh adalah kupu-kupu besar. Jadi perempuan dibaratkan kupu-kupu penghuni rumah besar yaitu sebagai sokoguru dalam keluarga dan kefamilian. Perempuan adalah sebagai penghuni rumah tua yang akan diwarisinya.
2.Urun puro pamacik kunci.
Urun puro adalah merupakan celengan atau brand kas. Jadi perempuan itu adalah merupakan bendahara dalam keluarga dan pemegang kunci perbelanjaan rumah tangga. Setiap perempuan berumahtangga adalah Bendahara yang harus pandai mengatur uang keluar masuk dan tidak melaksanakan korupsi serta bersifat jujur.
3.Hiasan kampuong.
Perempuan adalah merupakan hiasan kampung. Jadi harus memenuhi persaratan sebagai hiasan dengan menjaga diri berperilaku yang baik,sopan dan beradab serta menjaga kehormatan diri dan keluarga.
4.Sumarak Nagari.
Untuk menyemarakkan negeri, kepribadian seorang wanita haruslah berbudi elok dan berperangai rancak, supaya indah dilihat orang. Keelokan perempuan akan mengharumkan negeri.
5.Pusek jalo himpunan tali.
Perempuan adalah suatu induk perinduan karena Ranah Nata memakai system maatriachat. Jadi ibu itu adalah pusat dan himpunan tali kekeluargaan dan kefamilian di dalam persukuan dan nagari.
6.Kok gadang basa batuah.
Kebesaran Nagari terletak kepada kaum perempuan sebab baiknya perempaun menggambarkan kebaikan negeri dan demikian sebaliknya.
7.Pandei ma atak ma etongkan.
Seorang yang telah bekeluarga merupakan calon Bundo Kanduong. Jadi harus mempunyai ketrampilan dan kepandaian untuk mengatur dan menghitung perbelanjaan rumah tangga yang diusahakan oleh sang suami agar rumah tangga tetap sakinah,rahmah dan yawaddah.

MA ANTA TANDO

MA ANTA TANDO
Acara Peresmian Bertunangan
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Ma anta tando di Ranah Nata adalah suatu acara diresmikannya pertunangan antara seorang putra (Bujang) dengan seorang putri (Gadih). Hal ini adalah dalam ranga untuk melaksanakan apa yang dikatakan dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Buchari berbunyi :
ﻴﺄﻣﻌﺷﺮﺍﻠﺷﺒﺄﺐ ﻣﻦﺍﺴﺘﻂﺄﻉ ﻣﻧﻛﻢ ﺍﻠﺒﺄﺀﺓ ﻓﻠﻳﺘﺰﻭﺝ ﻓﺈﻧﻪ ﺃﻏﺺﻠﻠﺒﺼﺭ ﻭ ﺍﺤﺼﻦ ﻠﻠﻓﺭﺝ
“ Hai para pemuda ! Barangsiapa diantara kamu sudah mampu berkahwin,maka berkahwinlah, karena dia itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan “.
Bertunangan di Ranah Nata adalah kelanjutan dari acara “ Kecek-kecek di Ayie “ dan “ Manendey “ yang terjadi di Ranah Nata. Di dalam acara Menendey sudah dibincang berapa uang hantaran dan uang maharnya untuk si perempuan.
Sebelum dilaksanakan acara Batunangan, Nabi Muhammad SAW mengatakan kepada pemuda yang akan bertunangan yaitu :
ﺍﻧﻆﺭ ﺍﻠﻴﻬﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﺁﺤﺭﺍﻯ ﺃﻧﻴﺅﺪﻡ ﺒﻴﻧﻜﻣﺎ
“ Lihatlah dia ! Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua “.
Demikian juga Allah SWT mengizinkan untuk melihat calon isterinya sebagaimana tersebut dalam Al-Qur”an surah al-Baqarah ayat 235 yang berbunyi :
ﻻﺠﻧﺎﺡ ﻋﻟﻴﻜﻡ ﻓﻴﻣﺎ ﻋﺮﺿﺗﻡ ﺒﻪ ﻣﻦ ﺧﻂﺒﺔ ﺍﻟﻧﺳﺂﺀ
“ Tidak berdosa atas kamu tentang apa-apa yang kamu sindirkan untuk meminang perempuan “.
Peresmian bertunangan adalah dengan jalan Ma Anta Tando yang terdiri dari tiga corak sesuat dengan kondisi keluarga calon Marapuley yaitu ;
1. Tando Suruok yaitu menghantarkan uang hantaran bertunangan secara diam-diam pada malam hari yang di hantar oleh orang terpenting dalam keluarga. Ini biasanya dilakukan oleh golongan ekonomi lemah (Golekmah).
2. Tando Bakapik yaitu menghantar uang hantaran batunangan dengan tidak diarak yang dilaksanakan di siang hari. Ini dilaksanakan oleh keluarga yang sederhana.
3. Tando Ba Arak yaitu menghantar uang hantaran batunangan dengan diarak yang dilaksanakan di siang hari. Ini adalah acara yang dilakukan oleh keluarga yang mampu.
Tando itu adalah berbentuk sebuah gelang perhiasan “ Galang Pongkal “ yang dibungkus dalam satu tempat dan didukung gendong oleh Tua Adat Perempuan, sedangkan duplikatnya dibuat suatu jambangan bunga yang disebut “ Suntieng Tando “ yang terdiri dari bunga hidup seperti bunga mawar,melati,kenanga, kembang satahun,karnyam dan dipagar dengan anyaman mayang pinang dan pucuk kelapa, lalu ditaruh diatas sebuah dulang yang beralaskan rangkok. Suntieng Tando ini lalu diarak dengan musik kesenian daerah yang biasa disebut “ Konsi Dendang “ dengan iringan para dayang sebagai pasumandan.
Setelah rombongan naik kerumah pihak perempuan, diadakan acara penyerahan uang hantara tadi dimana pihak laki-laki menebus gelang tadi sejumlah kesepatanan bersama yang telah diputuskan dalam acara manendey. Kalau dulu hantaran itu berupa benda seumpama 60 kaleng padi dengan mengadakan perjanjian pertunangan sbb.;
1. Bila kesalahan datang dari pihak perempuan, maka pihak perempuan harus mengembalikan padi tersebut sebanyak 120 kaleng padi (dua kali lipat).
2. Bila kesalahan berasal dari pihak laki-laki, maka padi yang sebanyak 60 kaleng itu tidak dikembalikan lagi.
3. Si perempuan calon Anakdaro tidak dibernarkan lagi untuk keluar melainkan harus menyelesaikan jahitan atau sulaman untuk persiapan pelaminan didalam kamar pengantin.
4. Si lelaki calon Marapuley dianjurkan untuk giat bekerja dan mencari bekal untuk berbulan madu sebelum diadakan “ Naiek Pambali “ nantinya.

Biasanya, masa pertunangan itu memakan waktu sampai satu tahun lamanya, barulah diadakan acara peresmian perkawinan yang biasa disebut Baralek dilaksanakan pada bulan Mauluik (Rabiul Awwal), Kandughigadang(Rajab) atau musim tuai.
Dimasa pertungan ini terdapat empat macam acara terjadi yaitu ;
1. Ma Anta Dagieng seperangkat dari pihak laki-laki ke pihak perembuan yang dihantar pada tgl.28
Kandughigadang untuk menyambut bulan puasa Ramadhan.
2. Ma Anta Limou Harum dari pihak perempuan atas balasan Ma Anta Dagieng berupa limau keramas yaitu rebusan asam limau purut yang dicampur dengan daun kabelu,urat rusa,buah munto dan pandan musang(wangi) ditambah dengan kain sarung, sisir,cermin muka dan lainnya.
3. Ma Anta Kue dari pihak perempaun untuk pihak laki-laki yaitu menghantar segala macam juadah tradisional Ranah Nata,terutama Kue Bolu Bapaga dan lainnya yang diantar pada tgl.28 Puaso (Ramadhan) untuk memasuki bulan Syawwal ( Hari Raya idul Fitri ).
4. Ma Anta Kain Baju sebagai balasan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yaitu berupa seperangkat pakaian seorang perempuan yang akan dipakainya diwaktu Baralek nantinya.
Komentar :
1. Pada dasarnya pelaksanaan bertunangan dengan tata cara adapt istiadat itu sangat baik sekali karena
Merupakan tatanan hidup berseni budaya,disamping adanya sesuatu yang tidak logis lagi dibudayakan. Ataupun disebabkan perkembangan zaman, beberapa acara sudah hilang dari pelaksanaak seni budaya antara lain :
a. Hantaran (tando) bukan lagi berbentuk benda tetapi sudah di uangkan yaitu antara Rp. 5.000.000 sampai Rp. 25.000.000.- atau diberikan berbentuk emas perhiasan.
2. Pelaksanaan acara dimasa pertunangan tidak dilaksanakan lagi pada sebagian ulayat sebab kadang hanya bertunangan dua atau tiga bulan dan ada juga yang langsung Baralek.
3. Disebabkan telah terjadi masa globalisasi saat sekarang ini, sebaiknya bertunangan itu diteruskan dengan acara “ Nikah Sirieh “ yaitu dinikahkan, tapi belum hidup bersama “ karena menunggu Baralek. Hal ini dilaksanakan mengingat pada zaman sekarang pergaulan itu sudah bebas. Kalau pada zaman dulu tunangan itu tidak boleh dibawa kemana-mana, tapi saat ini belum bertunangan sudah dibawa kemana-mana,apalagi tunangan sudah sangat sering dibawa-bawa karena si pemuda sudah menanggag miliknya.padahal baru sekedar “ calon isteri “. Kadang banyak terjadi pada acara Baralek, si Anakdaro sudah “ mengidam atau mengandung “. Ironisnya lagi,dimasa berpacaran si perempuan sudah memberikan segalanya yang akhirnya harus dinikahkan.
4. Didalam aturan adat istiadat hal tersebut diatas mereka tidak berhak diparalekkan lagi, apatah lagi yang terbencana diwaktu pacaran. Itulah sebabnya Allah mengharamkan “ pacaran “ karena mendekati “ zina “ dan adat istiadatpun menghukumnya dengan tidak diperbolehkan “ Baralek “.
5. Pada zaman sekarang siapa dan bagaimanapun keadaannya bisa saja Baralek dan setidaknya resepsi pernikahan dengan acara wajib “ Bakibot “.
6. Masalah peragat pelaminan sekarang sudah boleh dibeli langsung siap jadi, makanya kadang saban waktu si perempuan boleh dibawa kemana-mana untuk melancarkan hubungan bertunangan, karena sudah dianggap miliknya walaupun belum adanya surat pengesahan (Surat Akte Nikah).
7. Demikian juga si lelaki tidak lagi mempersiapkan bekal bulan madunya, sebab sehari setelah jadi “ Rajo Sahari “ langsung pergi bekerja dan “ naiek pambali “ tidak ada lagi.
Demikianlah beberapa hal yang terkait dengan acara Ma Anta Tando di Ranah Nata untuk kita ketahui adanya.

Senin, 02 Mei 2011

HARDIKNAS DI RANAH NATA

PERINGATAN HARDIKNAS 2011 KEC.NATAL
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana

Dengan sangat sederhana, bertempat di Lapangan Merdeka Natal pada hari ini jam 09.55 telah dilaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional tingkat Kecamatan. Untuk pertama kalinya Camat Natal , Bapak Sawedi, S.Sos menjadi Irup Upacara dalam jabatannya sebagai Camat Natal Kabupaten Mandailing Natal. Upacara di ikiuti oleh seluruh insan pendidikan dan PNS se Kecamatan Natal hingga selesai, kecuali insan pendidikan yang berstatus telah pensiun, hanya menonton dari luar lapangan saja.
Sehabis upacara dilanjutkan dengan atraksi drum band dari sekolah-sekolah yang ada dan berkesempatan ikut serta memeriahkan Hardiknas kali ini dan diakhiri dengan Pawai dan pemberian hadiah-hadiah pemenang pertandingan yang dilaksanakan oleh panitia.
Marching Band Madrasah Aliyah Natal adalah sebagai musik pengiring pada upacara juga turut menampilkan atraksinya yang telah begitu giat dan jadi buah bibir para orangtua siswa MAN Natal dikarenakan latihannya sampai jam 23.30 WIB (malam),,cuma menyampaikan lagu-lagu Dangdut (Penasaran – Rhoma Irama) dan Batak tanpa memperlihatkan cirinya selaku Madrasah Aliyah (Agama), sementara Madrasah Tsanawiyah Panggautan tanpil memperlihatkan cirinya selaku sekolah Agama Islam dengan lagu Thoyyibah – Sulis yang memukai dan lagu Melayu selaku daerah tempat berdirinya adalah Melayu Pesisir (Mesir) Ranah Nata.
Disisi lain, drum band SD Negeri 142704 dapat membawa sang Muspika Natal berjoget Melayu yang digaet oleh sang mayoretnya.
Adapun group Drum Band yang mengikuti atraksi-atraksinya adalah ;


1. Marching Band “ Amanah “ Madrasah Aliyah Negeri Natal.


2. Drum Band SMP Negeri 1 Natal.


3. Drum Band Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 20 Natal.


4. Drum Band " Gita Buana Suara " Madrasah Tsanawiyah Panggautan Natal.


5. Drum Band SD Negeri 142704 Natal.


6. Drum Band SD Negeri 142705 Natal, dan


7. Drum Band SD Negeri 374 Sikarakara III Natal.

Diharapkan untuk tahun yang akan datang supaya diadakan Ziarah Tabur Bunga kepada Tiga Tokoh Pendidikan Ranah Nata yaitu (1) Angku Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku,peneroka Pendidikan Pengajian Agama Thariqat Naqsabandiah di Surau Tambak, pandamnya di Tampat- Simungkuk Kel.Pasar 1 Natal (2) Bapak Akoeb,Mantan Kepala Dinas Prasarlub Natal,pandam di Bukik Kayu Batu, Pasar III Natal, (3),Bapak Abdul Mutholib Lubis, mantan Kepala SMP Negeri Natal (Kepala I Negeri) meninggal tgl.9 Mei 1969, pandam di Bukik Lansano Natal. Mari kita ingat jasa mereka yang telah mengukir pendidikan di Kecamatan Natal. ( Baca Kado Hardiknas ).