Laman

Senin, 07 Maret 2011

SIPADAN DATUOK

SOSOK NARASI & CIPTA ( SONATA)
Karya Puisi Shaff Ra Alisyahbana



DATUK SIPADAN
Daerah Tugas Keulayatan & Sisi Pancang Kedaulatan

Oleh : Shaff Ra Alisyahbana

Datuk ….Daerah Tugas Keulayatan
Sipadan … Sisi Pancang Kedaulatan
Tanda batas ulayat Nagari di pebatasan
Ditetapkan adat dalam kesepakatan
Memegang amanah, tanah Nagari pemberian Tuhan

Hukum Adat berkata …
Dasar Hukum Adat terhadap tanah
Tada milik perseorangan,penguasa atau pengusaha
Semua adalah tanah kaum dan keluarga
Berdasarkan milik perseorang ,,,. Itu urusan Pemeintah
Siapa menukarnya , janji mengungkai buat dan kerja

Ulayat Nagari..,hutan cagar alam disebut hutan tinggi
Ulayat kaum, hutan rendah belum di olah sanak famili
Ka rimbo ba bungo kayu , ka hutan ba bungo aleh
Ka sawah ba bungo ampieng, ka tambang ba bungo tanah ayie
Diterima oleh Dauk dan Kepala Persukuan yang sholeh

Datuk Sipadan di tandai dengan ciptaan Ilahi Rabbi
Puncak bukit , tebing suram , sungai, hutan tak tertembusi
Rimbo dibari balinjuang,taratak dibari balingkuong auo duri
Bukik bakarakatau,sawah bapamatang dan ladang ba bintalak
Tidak boleh di alih atau di anjak
Kecuali Allah dengan iradat dan kudratnya bertindak

Presiden SBY dalam pidatonya berkata..
Dalam acara Peringatan Hari Internasional..,
Masyarakat Hukum Adat Sedunia, tahun 2006 di Jakarta
Rumusan fasal 18 B ayat dua , Undang-undang Dasar 1945
Negara mengakui dan menghormatinya
Kesatuan Masyarakat Adat beserta hak tradisionalnya
Sepanjang masih hidup, sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.

Pengadilan Negeri tidak bisa merobah..
Atau membatalkan Keputusan Desa
Tentang tanah sawah atau tanah pekulennya
Tak berhak ditinjau benar tidaknya
Hukum Adat semata – mata hasil dari Rapat Desa
Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 149 K/Sip/1958 tanggal 21 Juni dan …,
Nomor 301 K/Sip/1958 tanggal 18 Oktober keluarnya
Itulah ketetapan dan keputusan yang nyata
Kenapa sekarang sudah direkayasa dan mintak surat kepada Allah..???

( SRY – 260510 )


NAD SERGAP
Nata Aksi Demo , Serentak Tigapuluh April

Oleh : Shaff Ra Alisyahbana

Bertahun sudah pinta di sampaikan
Jadi petani plasma dari Perusahaan
Dari janji – janji dan harapan
Namun di abaikan dan tak kesampaian
Rakyat d gulir sulitnya mata pencaharian
Tanah Ulayat habis menjadi lahan perkebunan
Tercabik – cabik , Hukum Adat pun di lecehkan

Nata Aksi Demo …
Rakyat mulai ceroboh
Pemukiman ,peralatan dan oto
Hancur di panggang dan di rogoh
Karena rakyat menjadi bodoh
Terima berbagai pendapat serta cemooh

Ingin melapor tiada orang
Lalu pun rudin dan kantor di pungkang
Kaca – kaca jendela terbang
Peralatan pun ikut di terjang
Di paksa marah lampias berang
Karena didini hari , rakyat diboyong tiga orang

Sergap…, Serentak Tigapuluh April meradang
Perintah berkurung pun datang
Siapa yang dapat di tendang
Tiga ratus delapan belas orang menerjang
Dibawa .. lalu di terjang
Disana – sini terdengar bunyi senapang
Rakyat takut dan sembunyi mengerang
Bagaikan dalam Susana perang

Seorang petugas Masjid termangu
Melihat serdadu masuk bersepatu
Di tegorpun ia tetap berlalu
Naik ke menara Masjid yang di tuju
Seorang Muadzin ikut terharu
Di Sergap oleh serdadu
Dibantai ber talu – talu
Ooohhhh ….. perbuat itu sangat terlalu

NAD SERGAP di Ranah Nata
Membuat suasana merana
Ekonomi di bekot dan di tunda
Rakyat meradang dan pecah – pecah
Saling berkelahi rakyat se sama
Hening mencekam menimbulkan trauma

( SRY – 250510 )



Ranah Nata
Jeritan di atas Bukit

Oleh : Shaff Ra Alisyahbana

Tahun tiga belas dua lima
Saudagar Arab Ibnu Bathuthah
Mengunjak kaki di sebuah Ranah
Datar bagai gelanggang di tepi samudera
Bendera putih berkibar disana
Itulah ranahku , Ranah Nata

Empat belas enam belas,Haji Sham Poboo tiba dari China
Empat belas sembilan dua, Portugis datang cari rempah
Enam belas tiga dua, kemudian disusul oleh Belanda
Tujuh belas enam dua,colonial Inggeris pun tiba
Ranah Nata ditukar dengan Singapura

Seorang terhukum hukuman dera
Di atas sebuat bukit sebelah Utara
Menjerit di terpa dera
Lalu terdengar oleh Ibnu Bathuthah
Bahasanya , itulah dikata Ranah Nata
Sampai kini, lidah Melayu Pesisir berkata
Bukan tambah El atau Er segala
Ranah ku , itulah Ranah Nata

Kini masuk dalam Era Reformasi
Ranah ku tetap jadi Multatuli
Banyak menderita di sana sini
Tanah Ulayat nan luas dibagi – bagi
Jadi milik pengusaha berdasi
Rakyatnya tinggal gigit jari
Jadi penonton di dalam Nagari

Kapan ……., Kapan bangkit kita bersama
Rakyat Benah Nasib dan Tahta
Agar tak selalu dibawah
Atas kekuasaan yang semena-mena
Tanah yang d anugerahkan Allah
Buat kehidupan penghuninya
Kini tinggal mengais remah

Ya Allah….., Ya Malikul Quwwah
Bukakanlah pintu Al – Fattah
Bagai saat Sutan Syahrir jadi seorang Perdana
Muhammad Natsir dan Sutan Takdir Alisyahbana
Syekh Abdul Fattah dan Syekh Abdul Malik Baleo Nata
Mereka …… orang-orang Pendekar Ranah Nata
Kini berguling air pun ke bukit tiada
Kelurah sungai sudah punah
Ranah Nata menuju Baldatun Thayyibah

Ranahku ……
Gaungkanlah jeritmu di atas bukit itu
Jerit Mulatuli dari waktu kewaktu
Tampat , Jirat Malako dan Sumur Batu
Menyatu ikut berseru
Ranah ku , mari kembali mampu
Menggapai zaman emas mu dulu

( SRY – 200510 )



JERITAN
MULTATULI
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana

Pagi hari …….
Ku koyak embun menetang matahari
Langkahi batang dan duri – duri
Menapak jejak Ayah dan Ibu kami
Meretas tetumbuhan untuk ditanami
Tanah Persukuan,
Di pakai bukan untuk di miliki
Warisan nenek moyangku
Allah memberi

Jerit Multatuli kini melolong
Tanah Persukuan ku habis di boyong
Tak ada lagi gotong royong]
Para Dosanak tolong menolong
Sebab ,….
Pengusaha sudah merongrong
Tanah Persukuan tlah di borong

Tanah setumpuk kini sebidang
Disana sini tambah dan kurang
Arir berguling kini tergenang
Dan anak sungai pun terhalang
Warisan habis cempang perenang
Tinggal tunggul bercorak arang
Jeritan Multatuli…
Kini tinggang mengerang
Haripun sore , matahari ditentang
Lalu ….., kami pulang

( SRY – 200510 )
bersambung ... 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar