SOSOK NARASI & CIPTA ( SONATA)
Karya Puisi Shaff Ra Alisyahbana
DURIAN SERGAP TIMUN
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana
Aku bagaikan serumpun timun
Hidup di semak rumput jeramun
Bertemankan lambaian daun – daun
Menjalar dan berakar tahun ke tahun
Dan akhirnya aku tertimbun
Rumpun ku kini berkecalun
Hanya mengharapkan setitik embun
Tanah ku,setumpuk demi setumpuk akan dibangun
Salimbubu datang menerjang di iringi hujan
Lalu berjatuhan buah – buah durian
Akar ku luka beserta batang dan tunas dahan
Badan ku ditimpa durian
Sang petani tiada menghiraukan
Walaupun aku , dia yang menanamkan
Ditanam dalam tanah ulayat persukuan
Aku memberi hidup untuk nafkah kehidupan
Durian …….. oh durian
Karena ku tumbuh dibawah lindungan
Dahan rindang mu, aku dalam pangkuan
Khasiat buahmu , rasa panas yang menyerikan
Hilang di lamun lezat dan ketagihan
Walau timun hancur di timpa durian
Panas mu ku dinginkan
Agar efek sampingmu tiada ketularan
Kulit buah mu buang jangan sembarangan
Sebab dia membuat luka di sekujur badan
Dan tak lazim di makan
Bila kulit sama dibuang dari badan
Baru kita se dulang di dalam hidangan
Timun ……… oh nasib mu mentimun
Di cincang,di kukur dan di timbun
Maukkan ke karung lalu di kurung
Di jagal, di serak di pasar umum
Bila aku di minum, darah tunggu pun menurun
Durian dan Timun, tak pantas bergandeng di dalam abun
( SRY – 220510 )
SEJARAH RANAH NATA
Olahan : Shaff Ra Alisyahbana
Setelah nama diberi Ibnu Bathuthah
Kemudian abad ketujuh belas tiba
Pangeran Indra Sutan datang dari Indrapura
Bersama Datuk Imam Rajo Putih berdarah Persia
Dari Ujung Gading dan Air Bangis tiba
Armada Ajung masuk kuala
Singgah sebentar di Tanjung Bunga
Melepas lelah bersama Puti Rani dan Puti Ratiah
Datuk Imam Rajo Putih berpantun kata :
Daun pauoh daun barambang
Bungo tanjuong di padeta ,
Dari jauoh kito datang
Sampai ka kampuong Ranah Nata
Laweh lauik di Ranah Nata
Alang lauik manyembah ikan ,
Lapeh ensuik duduok basanda
Kanyang paruik sasudah makan
Ajungpun berlayar kehulu sungai
Di sebuah pelabuhan mereka sampai
Labuhan Ajung tmpat menggapai
Menuju Ranah Malako, Kerajaan dimulai
Datuk Imam Raja Pertama
Itulah Kerajaan Ranah Nata
Datuk Basya nan Tuo , Raja kedua
Malako berpindah ke Kampung Bukik Nata
Mereka bermakam di Jirat Malako Kampungsawah
Tama Musi , Datuk Basya nan Mudo keempatnya
Sutan Sailan dan Puti Junjung keenamnya
Sutan Iskandar , Si Hintan. Hidayat dan Muhammad Nata
Sutan Marah Ahmad dan Muhammad Salehnya
Sutan Sari Dewa penyudahnya
Kerajaan dipecah menjadi dua
Kerajaan Lingga Bayu di Simpang Bajambah
Pangeran Indra Sutan Raja pertama
Tuanku Bandaharo , Rajo Gunuong yang ketiga
Tuanku nan Mudo dan Bagindo Raja Bujangnya
Marah Himpun , Muhammad Amin dan Muhammad Yakubnya
Sutan Muhammad Zahab terakhirnya
SEJARAH RANAH NATA
Olahan : Shaff Ra Alisyahbana
Setelah nama diberi Ibnu Bathuthah
Kemudian abad ketujuh belas tiba
Pangeran Indra Sutan datang dari Indrapura
Bersama Datuk Imam Rajo Putih berdarah Persia
Dari Ujung Gading dan Air Bangis tiba
Armada Ajung masuk kuala
Singgah sebentar di Tanjung Bunga
Melepas lelah bersama Puti Rani dan Puti Ratiah
Datuk Imam Rajo Putih berpantun kata :
Daun pauoh daun barambang
Bungo tanjuong di padeta ,
Dari jauoh kito datang
Sampai ka kampuong Ranah Nata
Laweh lauik di Ranah Nata
Alang lauik manyembah ikan ,
Lapeh ensuik duduok basanda
Kanyang paruik sasudah makan
Ajungpun berlayar kehulu sungai
Di sebuah pelabuhan mereka sampai
Labuhan Ajung tmpat menggapai
Menuju Ranah Malako, Kerajaan dimulai
Datuk Imam Raja Pertama
Itulah Kerajaan Ranah Nata
Datuk Basya nan Tuo , Raja kedua
Malako berpindah ke Kampung Bukik Nata
Mereka bermakam di Jirat Malako Kampungsawah
Tama Musi , Datuk Basya nan Mudo keempatnya
Sutan Sailan dan Puti Junjung keenamnya
Sutan Iskandar , Si Hintan. Hidayat dan Muhammad Nata
Sutan Marah Ahmad dan Muhammad Salehnya
Sutan Sari Dewa penyudahnya
Kerajaan dipecah menjadi dua
Kerajaan Lingga Bayu di Simpang Bajambah
Pangeran Indra Sutan Raja pertama
Tuanku Bandaharo , Rajo Gunuong yang ketiga
Tuanku nan Mudo dan Bagindo Raja Bujangnya
Marah Himpun , Muhammad Amin dan Muhammad Yakubnya
Sutan Muhammad Zahab terakhirnya
Dari Bengkulu Sutan Tiansyah tiba
Dirikan Kerajaan Knondom di Simpang Sao sana
Rajo Makhutur, Nazir , Tuo dan Mudo Maramiknya
Pindah ke Bintuas , Kerajaan Kinondom pun punah
Raja Merangkat dirikan Kerajaan Singkuang disana
Jasa Murung , Lukman dan Janda Mora
Tohar penyudah di Rumah Gadang bertiang gading gajah
Tulang punggung ikan paus jadi pomdasi penyanggah
Raja di Angkola si Hitam Lidah
Mendirikan Kerajaan Labu di Batu Gajah
Baduraman , Baduralam dan si Poncan ke empatnya
Diakhiri Nali Marah Sutan penyudahnya
Bermakan di Patiluban dan di Langsat sana
Sutan Rangkayo Majo Dirajo dari Indrapura
Dirikan Kerajaan Batahan di Kampung Godang , Sapabolonya
Disusul Rajo Natarap sebagai Raja
Ibrahim Sutan Mangatimbung Dilauiktan terakhirnya
Dari Aceh Selatan, di ujung Pulau Perca
Ranah Nata ….
Dari Lembah Sorik Marapi hingga ketepi Samudera Hindia
Di antara Batu nan Ampek dalam istilah
Batu Bakudung , Batu Sondat, Batu Mundam dan Batu Gajah
Batang Natolu…,Batang Gadis , Batahan dan Batang Nata
Kini hanya tinggal Sejarah Ranah Nata
Mari …., Mari menyatu yang serumpun dan yang sedarah
Jadi Kabupaten Ranah Nata…
Pemekaran dari Kabupaten Mandailing Nata
( SRY - 250510 )
TANAH ULAYAT
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana
Disana sini rakyat menggugat
Hak masyarakat akan tanah ulayat
Karena mereka masyarakat adat
Beradat dan beragama ta “at
Nenek moyang tinggalkan amanat
Pemberian Tuhan harus bermanfaat kepada rakyat
Sumber hidup dan kehidupan para zuriat – zuriat
Ranah Malako di Kampung Sawah
Simpang Koje di Ranah Nata
Batu Sondat , Batahan dan di Singkuang sana
Menggugat hak ulayat atas tanah
Setidaknya menjadi peserta petani plasma
Kenapa beku hati para Pengusaha
Tanah yang dipakai waktu berjangka
Memberi masukan untuk Penguasa
Tak bersedia memberi jasa tanah
Karena adapt , disitu ada bunga
Bunga rimba . hutan atau lading sawah
Ulayat Nagari dan Kaum yang tinggi dan rendah
Tanah jadi lambing martabat suatu bangsa
Tempat lahir bertanah di atasnya rumah
Tempat hidup untuk berladang atau bersawah
Tempat mati , di dalam pandam atau pusara
Hatiku semburat berkata – kata
Adakah Pemimpin yang Amanah
Penguasa atau Pengusaha
Yang bias hanya berkata – kata
Tapi janji ke janji tanpa terlaksana
Kabura maktan ‘indallah…
Antaqulu ma laa taf’alun kata Allah
Sungguh besar sekali dosanya…
Rakyat tak kan menyerah
Sebelum Penguasa dan Pengusaha
Memberi Jasa dan bertimbang rasa
Jadilah Ranah Nata , Baldatun Thayyibah
Wa Rabbul Ghafur , itulah sebuah himmah
( SRY – 250510 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar